PROMO KREDIT MOTOR YAMAHA HARI INI

Freego DP 500Rbu Cicilan 35x 912Rbu
Mio S DP700Rbu Cicilan 35x 837Rbu
Mio M3 DP 700Rbu Cicilan 35x 815Rbu
Fino DP 800Rbu Cicilan 35x 846Rbu
Lexi DP 800Rbu Cicilan 35x 967Rbu
Xride DP 800Rbu Cicilan 35x 891Rbu
Aerox DP 1Jta Cicilan 35x  1.211Rbu

HUBUNGI KAMI
Sales Counter Yamaha Arista Cimahi Bandung: ii sahdiyah
Tlp/Wa
081214162808

Persyaratan Kredit: Photo Copy KTP, KK, Rek.Listrik / PBB

Tamu Adalah Raja, Lalu Pemilik Rumah Apa?

TAMU ADALAH RAJA, LALU PEMILIK RUMAH APA?*

"Bang, tolonglah.. Ditanya, kapan itu para tamu akan pulang?"

AKu bertanya pada suami ku dengan wajah merah padam sembari menahan emosi.
Sebenarnya ingin intonasi kalimat ku buat lebih meninggi, tapi aku takut jadi terdengar seperti istri yang kurang tahu diri.

"Sabar dek, mereka itu datang dari kampung kita, kesini ingin mengais rezeki, berharap dapat pekerjaan. Sabar dulu, nanti kalau sudah dapat pekerjaan , pasti mereka pergi dari rumah kita" 
Suami ku menyabarkan ku.
Aku hanya melengos pergi, sembari memasang tampang terpidana yang terjatuhi hukuman seumur hidup dari hakim nya.

Sudah hampir sebulan ini mereka dirumah ku, sepasang suami istri dan seorang anak nya yang masih balita ,kurang lebih dua tahun usianya.
Sebenarnya sungguh tak ada keberatan sama sekali di diriku mengenai biaya lebih yang akan ku keluarkan jika mereka tetap disini. Hitung2 aku bersedekah.
Tapi, sikapnya itu loh... Buat aku serasa ingin gantung diri.

Bayangkan, sang istri tak mahu tahu dan tak berkenan bahu membahu mengerjakan pekerjaan rumah dengan ku. Aku yang tanpa kehadiran mereka pun sebenarnya sungguh sudah sangat disibukkan dengan rutinitas ku. Mengurus rumah, dapur,kasur,sumur , mengurus suami serta anak semata wayang kami. Lalu Membuat panganan kue2 kecil yang akan ku titipkan ke warung2 untuk menambah penghasilan suami. Dan otomatis kehadiran mereka menambah daftar panjang pekerjaan yang harus kutangani. Harus nya mereka sadar diri.

........

Kumulai hari dengan bangun pagi, ku kalahkan ayam tetangga yang bahkan belum keluar dengan kokok kebanggan nya. tergopoh gopoh aku memasak, membereskan rumah, mencuci piring lalu mulai mengaduk adonan kue2 yang akan ku titipkan nanti di warung mbok darmi. Harus pagi ku antarkan kesana, dengan harapan agar ketika para ibu2 berbelanja mereka tertarik menyisihkan seribuan nya untuk membeli kue2 ku.
Aku harus kalahkan waktu jika tak ingin jagoan kecil ku bangun dan ikut membantu meluluh lantakkan dapurku.

Sedang sibuk-sibuk nya dengan kerjaan ku tiba2 sebuah suara menyapa.
"Eh, dek warni, sibuk ya? Memang kamu itu rajin ya dek. Istri idaman. Pantas suami mu sayang dan tak pernah macam-macam."

Tanpa menoleh pun aku kenal suara perempuan itu, perempuan yang sudah hampir sebulan ini memperlebar dadaku dengan rasa sabar.
Ia mendekat, ku balas saja dengan sedikit senyuman. Senyum kecut. Seperti kedondong bertabur sedikit gula

"Oh ya Dek mumpung kamu di dapur tolong panaskan air, buatkan teh kami ya, nanti air panasnya sisakan sedikit untuk buat susu sahira. aduh maaf loh, bukan berniat menyuruh, tapi mbak sibuk mau mandikan sahira"

Cih, tak dilihatnya kah aku jauh lebih sibuk darinya? 
Ia bangunkan anaknya yang sebenarnya masih tidur, segera ia pangku dan berbicara kalau bocah kecil itu harus mandi dan sarapan pagi2 agar tulangnya kuat dan badannya sehat.
Aku menggerutu dalam hati
" kalau memang mau anaknya begitu, harusnya bangun sebelum subuh mbak. Masak dulu, memangnya mau dikasih makan apa anaknya? Batu?" 
Aku diam saja , tetapi ku naikkan juga panci berisi air ke atas tungku.
Tiba2 ada yang menarik ujung baju ku dari belakang.

"Bu, aku lapar". 
Ku lihat ternyata hasan anak ku sudah bangun . ia kucek2 matanya masih antara sadar dan tidak.
Aku tersenyum, ku elus kepala nya.
"Yuk, cuci dulu mukanya, biar seger, baru boleh sarapan". 
Ia mengangguk, ku tuntun tangan anak ku yang kini berusia 3 tahun menuju kamar mandi
Lalu aku bilang pada mbak susi
"mbak, maaf ya, mbak buat teh sendiri saja, hasan sudah bangun. Aku mau menyuapi nya makan dan lanjut menggoreng bakwan,tahu isi, menggulung donat dan mengantarkan kue2 ku ke warung. Makanan sudah ku siapkan. Tinggal makan saja mbak."

Aku berlalu. Tak ku tunggu balasan jawabannya karena memang aku tak butuh persetujuan nya.
Ia diam. Terkejut dengan penolakan ku. Mungkin terasa juga baginya intonasi suara ku yang sedikit ketus.
tapi sudahlah, aku tak perduli dan tak tahan lagi.

Selalu saja aku di perlakukan nya begitu. 
Yang paling ku ingat, sering saat aku sedang sibuk-sibuk nya dia memerintah ambilkan bedak anak nya lah, baju lah, celana lah sementara aku sibuk dan dia hanya memangku sahira. 
Dan yang lebih parah nya lagi benda benda tersebut lebih dekat jarak nya dari dia dibanding kan aku.
Jangan kan membantu ku meringan kan pekerjaan rumah ku, dia malah seperti menjadikan ku babu yang seenaknya bisa ia suruh-suruh.

Penderitaan ini diperparah oleh suaminya yang punya gaya hidup seenaknya.
Seolah dunia milik bapak nya.
Seperti Merokok tak tahu aturan, misalnya saat jam makan tiba meski yang lain belum selesai dengan makanannya ia langsung saja menyalakan rokoknya. asap nya berulang kali membuaylt hasan anak ku batuk-batuk sampai tersedak. Ya, ia sensitif pada asap rokok karena ayahnya tidak perokok.
Belum lagi abu nya yang ramai wara wiri di lantai rumah.

Menonton tivi juga tak kalah tanpa aturan, berjam jam nonstop bahkan terkadang sampai tivi yang menonton dia sebab si pemegang remote control sudah terbuai bersama mimpi manisnya.
Siapa yang bengkak tunggakan nya? 
Huh.. Tentu saja aku!

Juga saat pagi tiba, suami ku sudah berangkat kerja pun ia belum lagi membuka matanya, nantilah saat jam menuju pukul 9 atau 10 barulah dia akan bangun , bagaimana bisa dapat kerja ?
Sepertinya mereka menikmatinya.
Tinggal dirumah orang lain bebas biaya, berleha leha plus dapat pembantu gratis.

Pokoknya, bagaimanapun caranya mereka harus segera angkat kaki dari rumah.

Tapi bagaimana caranya? 
Akankah ku temukan jalan nya?

next? 
Penulis: Buq Achi


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tamu Adalah Raja, Lalu Pemilik Rumah Apa?"

Post a Comment